Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Contoh Surat Pribadi Untuk Guru

Contoh Surat Pribadi Untuk Guru

Berikut ini adalah beberapa kumpulan contoh surat pribadi Untuk Guru yang bisa anda gunakan sebagai sumber referensi.




Purwokerto, 6 July 2021
Yang tercinta
Ibu Partinem, S.Pd
SMA N 1 Purworejo
Purworejo


Assalamualaikum wr.wb
                Salam sejahtera ibu partinem’ku’. Bagaimana kabar ibu dan keluarga? Semoga selalu baik disana. Amin.
Sebenarnya saya sudah lama ingin menuliskan surat ini kepada Ibu, tapi maaf baru sekarang Ibu bisa membacanya. Saya harap Ibu Inem yang cantik masih mengenal saya. Ibu pasti masih ingat dengan Faisal, Adist, dan Lady bukan? Muda Ganesha tahun 2012. Dulu saya satu kelas dengan mereka. Saya dulu dipanggil Inul,anak yang suka berangkat terlambat dan tidur saat pelajaran itu Bu.
Tahukah Ibu? “Disiplin,semangat,sugesti positif, dan terus membaca adalah kunci sukses”. Kalimat itu adalah wiseword  dari Bu.Inem dulu yang selalu saya pegang dan telah mengantarkan saya menjadi seperti yang sekarang ini. Terima kasih ibu, terima kasih banyak. Walau kata terimakasih tidak akan cukup untuk segala yang telah Ibu berikan kepada kami, tapi inilah alasan utama saya menulis surat ini. Sekali lagi terimakasih Ibu, atas semua tugas berat yang pernah ibu berikan. Semuanya meninggalkan kenangan indah yang masih teringat jelas dalam diri saya. Ibu telah membuat masa SMA saya begitu berarti, masa terindah dalam hidup. Mulai dari tugas seminar bedah novel, bagaimana perjuangan kami (Onang Surya, Fitriani, Alfi, dan Adist) untuk menampilkan yang terbaik kepada semua. Kami membedah Novel Pada Sebuah Kapal saat itu. Saya ingat betul waktu itu kami menyelesaikan makalah seminar disekolah sampai adzan maghrib, bahkan gara-gara makalah itu saya dan fitriani bertengkar karena masing-masing raga yang telah lelah terus berdiskusi dan beradu argumen untuk makalah kami. Sampai pada akhir tenaga saya tak mampu lagi menjaga kesabaran hati, dan mengeluarkan kalimat yang menyinggung perasaannya. Saya benar-benar merasa bersalah waktu itu. Tapi pada akhirnya, BERHASIL! Kami berhasil menyelesaikannya sesuai rencana, apalagi saya menjadi pembaca indah terbaik dan ibu Inem memberikan ekspresi kepuasan yang sangat membahagiakan. Ibu tidak pernah menjatuhkan siswa, ibu selalu menghargai penuh usaha kami. Ibu tahu apa mau kami. Ibu adalah guru terhebat sepanjang masa.
Lalu tugas musikalisasi puisi juga tidak kalah berkesan.  Saya satu kelompok dengan dengan Qonita, Luthfan, Siliawati, dan Nurul. Walau Ibu tidak begitu menuntut kami untuk berlaga layaknya profesional, tapi tentu kami tidak akan menampilkan hasil yang hanya asal-asalan. Bahkan tak tanggung-tanggung kami berlatih membaca puisi sampai pukul sembilan malam. Waktu berlatih itu, saya belum makan dari rumah, alhasil perut sayapun sakit sampai-sampai saya tak bisa berdiri dengan tegak. Tapi entah mengapa saya begitu menikmatinya, mungkin karena sudah tertutup oleh kesenangan saya yang besar telah menyelesaikan latihan malam itu. Setelah latihan usai, saya pulang dengan mengucap syukur sepanjang jalan menuju rumah. Sungguh terlalu berharga untuk tidak diingat, sampai mendengarkan kembali lagu yang dulu kami jadikan pengiring untuk puisi kami saja saya sudah merasa terharu karena mengingatkan saya akan peristiwa itu dan entah mengapa saya merasa bangga pernah mengalaminya.
Tugas-tugas dari Ibu Inem yang lain seperti esai dan resensi buku ternyata secara tidak langsung telah  melatih kami untuk mempersiapkan diri menjalani kuliah yang begitu lebih banyak tugas dan tuntutan. Trimakasih, berkat semua tugas-tugas yang Ibu Inem dan guru-guru lain berikan, kami menjadi manusia yang selalu berusaha sehingga selalu mandiri dan mampu menerjang persaingan kehidupan.
Oh iya ibu, yang juga menjadi tak terlupakan waktu SMA adalah saat saya dan teman-teman merasa satu hati untuk bersama-sama sukses dalam Ujian Nasional, 90 hari bersama kami berjuang menjalani berbagai macam TUC. Setiap hasil TUC dibagikan ada saja teman kami yang menangis jika nilainya tak memuaskan. Itu adalah suasana persaingan yang ternyata membuat kangen dan ingin mengulanginya. Apalagi untuk urusan masuk perguruan tinggi. Seumur hidup saya, itulah pertama kalinya saya merasakan persaingan yang sesungguhnya. Dulu, saat peserta SNMPTN jalur undangan diumumkan, tanggal 9 Februari 2012 tepatnya, seharusnya waktu itu saya juga menangis. Bagaimana tidak Bu? Semua ketentuan berubah dan mentakdirkanku untuk menjadi salah satu anak yang mau tidak mau harus mengikuti SNMPTN jalur tulis yang terkenal sulit dikerjakan.  Dengan berbagai tuntutan dari pihak sekolah, orang tua, dan lingkungan alhamdulillah saya tidak merasa tertekan dan stress. Akhirnya tanggal 26 Mei 2012, saya dan teman-teman satu angkatan dinyatakan lulus 100% dengan hasil yang begitu memuaskan. Semua target dari sekolah tercapai. Benar-benar akhir yang menyenangkan dari cerita panjang kami di SMA, dan yang paling membanggakan adalah ketika saya diterima SNMPTN pilihan pertama. Pendidikan Kedokteran Unsoed. Sungguh ini adalah sebuah keajaiban takdir dari Yang Maha Kuasa. Sebelum pengumuman itu saya buka, Ayah saya berkata,  bahwa kita hidup hanyalah menghindari takdir lainnya agar menuju ke satu takdir yang sebenarnya. Jika memang Kedokteran adalah takdirku maka segala usaha yang saya lakukan pasti akan membawa saya menuju takdir itu. Seperti arti dari nama saya ‘Destiningsih’ yaitu takdir dari Yang Maha Pengasih. Sayapun menuju ke kampus Universitas Soedirman dan begitu pula anak yang lain  IPA-5 yang, mulai dari adist, novan, alfi,arum,citra,chandra,carollina, della, silia, sampai siti, semua juga sukses mencapi takdir masing-masing. Kamipun berpisah, untuk nantinya bertemu lagi dengan membawa masa depannya masing-masing. Trimakasih atas segala doa dari bapak ibu guru, sekarang dada saya benar-benar sudah merasa sesak ingin bertemu kembali dengan Ibu Inem dan Guru-guru lain (Pak Restu, Pak Pranata, Ibu Sih Mahanani, Ibu Tika, Pak Nardi, Pak Budi T, Pak Subagyo, Ibu Kun, Ibu Titik).
Pertama kali menginjakan kaki di Unsoed saya merasa sudah bersahabat dengan lingkungan dan bangunan kampus disana. Mungkin Inilah takdir. Di sekolah saya yang baru ini, saya mendapat teman-teman yang sama baiknya dengan teman-teman  di SMA. Dengan bekal yang diberikan oleh Ibu Inem dan Guru-guru SMA dulu, saya mampu menjalani kuliah dengan baik, dan lulus dengan IP hampir sempurna. Sekarang saya sudah ditempatkan bekerja di RSUD Purwokerto serta tinggal dan membuka praktek disini juga. Di tempat saya bekerja ini, saya bertemu dengan seorang lelaki rupawan dan baik akhlaknya. Saya benar-benar telah ‘kejatuhan cinta’ olehnya. Alhamdulillah sekarang ia menjadi jodoh saya. Kini hidup saya benar-benar sempurna Bu, karena baru saja saya dikaruniai putra kedua kami yang begitu menggemaskan. Jika sudah besar nanti pasti akan kuperkenalkan dengan Ibu Inem. Mungkin hanya itu yang bisa saya ceritakan, karena dari tadi saya sudah terlalu panjang berkata-kata sampai Ibu menjadi bosan membacanya, kurang bijak rasanya jika saya teruskan. Trimakasih Ibu sudah membaca surat ini, senang sekali bisa berbagi cerita dengan Ibu Inem. Saya minta maaf bila terdapat banyak salah kata yang tidak berkenan dihati Ibu Inem. Sampai jumpa di lustrum bulan depan Ibu.
Wss.wr.wb

Muridmu,


Destiningsih
Open Comments